Jumat, 28 Maret 2014

Salam untuk Kematian

Sebagai kehormatanku pada engkau, sebelumnya ku ingin ucapkan salam..

Assalamu'alaikum wr. wb.

Engkau datang adalah sebuah kepastian..
Saya yakin kematian akan datang mencariku..
Akan tetapi kapan dan dimana, saya tak tau pasti..
Apakah datang ketika diri ini sehat? atau kah ketika sakit mendera?
Hanya Dia lah yang Maha Tahu waktunya..

Sebuah misteri..
Kalau kita tahu kapan datangnya,
manusia tentu akan berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan demi mencari pahala sebanyak-banyaknya menjelang kematian datang..
Dan neraka pun tidak ada yang menginjak..
Surga dan neraka adalah suatu pilihan dan Allah jadikan sebagai motivasi untuk hambaNya..

Bagi saya kematian itu sesuatu hal yang dapat senantiasa selalu mengingatkan kita pada Sang Pencipta..
Semenjak peristiwa beberapa tahun yang lalu, saya memutuskan untuk sebisa mungkin mengingat kematian..
Kelihatannya ekstrim mungkin..
Yang ingin saya bahas selalu tentang kematian..
Namun dengan begitu, diri ini dapat memfilter tindakan yang kurang positif..

Kalau saya boleh berharap..
Saya ingin ketika saat itu tiba..
Nyawa saya dicabut dalam keadaan yang sebaik-baiknya..
Jauhkanlah hamba dari segala apa yang Engkau larang Ya Rabb..
Hanya Engkau tempatku bergantung..

Manusia adalah hamba yang penuh harap..
Namun Dia lah yang menentukan..
Mohon ridhoMu Ya Rabb...

Sesakit apakah kiranya sakaratul maut itu?
Saya pernah membaca bahwa sungguh menyakitkan..
Astaghfirullah..
Kuatkah saya menghadapinya?

Malam ini dengan ditemani lantunan murotal rasanya tak terasa butiran air mata menetes, rasanya legaa... saya ingin dipeluk kekuatan dariNya..
Diri ini masih belum lah menjadi muslimah yang "kaffah", tapi saya berusaha untuk menambah kecintaan kepada Sang Khalik..
Saya ingin Allah melirik keberadaan hambaNya yang sedang merindu dengan Sang Pencipta..

Ya Rabb.. Saya hanyalah wanita akhir zaman yang berharap sisa umur ini bisa semakin dekatMu..
Ya Rabb.. Berikanlah "tangan kananMu" yang bisa mewujudkan impian ini.. aamiin...


Senin, 17 Maret 2014

Sekolah Ayah Bunda Edisi Maret 2014

Bulan ini untuk pertama kalinya datang ke Sekolah Ayah Bunda yang diselenggarakan oleh Masjid Nurul Ashri. Dari kemarin rasanya udah hampa, pengen datang ke kajian-kajian. Ada kajian rutin untuk muslimah tapi bentrok dengan jam kerja. Alhamdulillah dapat info kalau ada kajian sekolah ayah bunda tanggal 16 Maret. Pas banget pengen kajian eh kajiannya tentang parenting. Komplitlah mengobati rasa rindu. Dan bersyukur lagi ada temen yang datang juga. :)

Jadi, sekarang saya ingin sharing hasil menuntut ilmu kemarin yaa... Mumpung masih inget. Dan dengan ditulis lumayan bisa meninggalkan jejak ingatan. hehe.. Pembicara dalam acara tersebut adalah sepasang suami istri. Sang suami, Ust.Tulus adalah seorang dosen di universitas negeri Islam dan sang istri, Ustadzah Umi Habibah adalah seorang guru SMAIT. Kedua-duanya adalah seorang aktivis. Masyaa Allah... takjub ngelihatnya. Beliau memiliki 6 orang anak. Walaupun beliau aktivis tapi tetap bisa mendidik dengan cukup sempurna, buktinya anak-anaknya sholeh sholihah dan berprestasi. Ada anak beliau yang masih SD udah masuk sekolah tahfidzul Quran. Spechless rasanya... Oke baiklah cukup untuk pengenalan kedua pembicara. Kita lanjut ke pokok materi. :)

Tema Sekolah Ayah Bunda Edisi Maret 2014 adalah "Menanamkan Jiwa Kepemimpinan Pada Anak". Di awal penyampaian, Ustadz Tulus menampilkan sebuah ayat yang sangat bermakna, yaitu QS. Furqon ayat 74. Sedikit pesan, jadikan ayat ini sebagai doa kita setiap hari. Semoga Allah kan kabulkan. aamiin.. :)

Tentu saja kita menginginkan anak kita kelak menjadi anak yang sholeh sholihah, untuk itu sebuah visi dan misi dalam mendidik anak sangatlah dibutuhkan, bahkan wajib. Alhamdulillah saya mendapat ilmu ini jauh sebelum saya memiliki anak. Allah Maha Mengetahui. Bismillah semangat bikin visi misi. Walau masih harus banyak mencari inspirasi :)

Oh iya, di dalam Al-Quran telah Allah sampaikan bahwa ada beberapa definisi anak. Apa sajakah??
  • Anak sebagai perhiasan, anak adalah anugerah yang terindah dari Allah bukan? Menurut Ali bin Abi Thalib ada 3 tahap dalam mendidik anak, yaitu:
  1.  Pada usia 0 - 7 tahun jadikan anak seperti raja; anak butuh pelayanan dan bimbingan dari orangtua
  2. Pada usia 7 - 14 tahun jadikan anak seperti prajurit; usia 7 -14 tahun anak sudah bisa mengerti tentang aturan oleh karena itu, perintahkan anak untuk sholat.
  3. Pada usia 14 - 21 tahun jadikan anak seperti sahabat; apabila anak gampang bercerita / curhat dengan orangtua berarti sudah berhasil menjadikan anak sebagai sahabat.
  • Anak menjadi tanggungjawab orangtua, di akhirat kelak seorang orangtua akan dihisab tentang tanggungjawabnya terhadap anak.
Bagaimana sih cara menumbuhkan kepemimpinan kepada anak??
  1.  Tanamkan aqidah, apabila anak sejak kecil sudah ditanamkan aqidah insyaa Allah besarnya pun anak akan tetap melaksanakan sesuatu sesuai aqidah.
  2. Berikanlah nafkah yang halal, Halal selain menjadikan berkah, ini bisa juga sebagai contoh orangtua kepada anaknya bahwa harus menjunjung tinggi nilai ke-halal-an.
  3. Biasakan anak untuk tanggungjawab, Ketika anak sejak kecil diajarkan tanggungjawab insyaa Allah anak ketika dewasa akan memiliki mental yang kuat.
  4. Berikan kasih sayang, suatu yang lumrah seorang anak membutuhkan kasih sayang dari orangtuanya, agar anak pun juga memiliki sifat kasih sayang.
Nah demikian, beberapa materi kajian hari minggu kemarin. Menurut saya, pada intinya untuk menjadikan anak memiliki jiwa kepemimpinan, salah satu contoh kongkritnya libatkan anak dalam aktivitas (menganggap "keberadaan" si anak), misalnya ketika kita akan memilih sesuatu coba tanyakan kepada si anak bagusnya mana. Tapi tetep kitanya tidak menelan mentah-mentah pilihan si anak kalau menyimpang ya kita bisa mengeluarkan jurus bermain kata. Menjelaskan mana yang baik dan yang kurang baik. hehe.. Dengan begitu anak paham. Itu mungkin lebih efektif daripada menasehati "nggak boleh ini", "nggak boleh itu","jangan kayak gini"ataupun "jangan kayak gitu". Sekian sharingnya semoga bermanfaat..

Salam dari wanita yang sedang berproses.. hehe.. ^_^

Minggu, 16 Maret 2014

My Dream: Rumah Baca

Saya bukanlah seseorang yang pandai berbicara panjang lebar di depan banyak orang, tapi saya bisa mencoba walau tentunya masih banyak yang perlu diasah kembali.

Saya bukanlah seseorang yang pandai dalam hal menulis, tapi saya suka menuliskan apa yang ingin saya sampaikan, ini salah satu bentuk katarsis untuk saya.

Saya bukanlah seseorang yang pandai dalam hal mengingat. Sungguh ini yang membuatku sedikit gemes. Tapi saya selalu berusaha untuk berkonsentrasi semaksimal mungkin.

Oh mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada pada diri saya. Akan tetapi, Allah tidak hanya memberi seorang hamba kekurangan saja, pastinya ada kelebihan. Saya rasa kalau disuruh bikin list paling mudah nulis kekurangan. Iya apa iya..? selama pengalaman saya selama ini beginilah fenomenanya.

Kita sudah diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya, sebagai hamba sudah menjadi sebuah kewajiban kita untuk menggali dan mengasah kemampuan yang telah dianugerahkan. Sampai detik ini terkadang saya masih belum yakin dengan kemampuan saya. Akan tetapi saya optimis dengan impian saya..

Salah satu impian saya adalah membuat sebuah rumah baca. Berawal dari kecintaan saya dengan buku.  Emm.. sebenarnya sih dulu berharap ingin membuat perpustakaan keluarga. Tapi apa salahnya impian ini tidak hanya untuk pribadi tapi bisa sekalian berbagi. Walaupun konsep belumlah matang dan tentu saja butuh banyak suntikan dana. Dan yang tidak kalah penting support. Maklum saya actionnya kurang "greget". hehe..

Entah saya mau "membangun" di mana. Namun besar harapan saya, saya ingin "membangun" di sebuah tempat yang memang benar-benar sangat bermanfaat untuk menumbuhkan minat baca dan menambah wawasan.. Atau bikin perpustakaan keliling ya? *ups salah fokus :D

Di bawah ini langkah awal saya membuat rumah baca.. Sebuah "mini family library", sebuah impian keluarga sejak saya masih berseragam putih biru. Alhamdulillah saya dan adik-adik saya memiliki kecintaan terhadap buku. Walaupun dengan minat yang berbeda. Saya belum membicarakan impian ini sih kepada mereka. Sekarang memperbanyak buku-buku dulu deh. Setiap bulan membuat budget untuk beli buku. :)


Impian membuat sebuah rumah baca semakin kuat ketika hari ini saya hadir di talkshow Bunda Asma Nadia. Beliau telah membangun beberapa rumah baca. Saya sangat terinspirasi. Saya ingin berbagi buku. Di rumah baca tersebut mungkin bisa dijadwalkan ada story telling, ada bikin-bikin kreatifitas. Aaah.... subhanallah membayangkannya. Ya Allah ridhoilah... ^_^

Beberapa bulan ini lagi seneng mendongeng, dan yang jadi bahan belajarnya anak-anak daycare. Jadi, sebelum tidur mereka pilih buku dan saya akan bercerita sambil ngelatih berekspresi.. Bekal ni kalau besok beneran bikin rumah baca. Pengen mengasah kemampuan bercerita.. :) Insyaa Allah...

Rumah baca anak (sumber: google.com)
 

Sabtu, 08 Maret 2014

fase rumit: Kangen Kuliah

Selama dua hari ini pikiran sedang rumit. Hari-hari biasa aja konsentrasi berpotensi "lost", ditambah rumit makinlah jadi ndak fokus. Mau mengerjakan ini itu jatuhnya setengah-setengah. Nah yang begini ni yang bikin geregetan sama diri sendiri.. ow ow.. Oke baiklah sadar kalau diri sedang bermasalah dengan kerumitan pikiran, tugas saya adalah menggali permasalahannya dan mencari solusinya. Saya tidak akan secara mendalam menceritakan apa yang menjadi akar permasalahannya. hehe.. katarsis sih tapi tetep jaga privasi...

Tidaklah mudah berdamai dengan diri sendiri kalau tipenya idealis. Ya kalau dianalogikan semacam mau ngangkat batu sebesar rumah.. Rumah manusia ya bukan rumah siput. hehe... Emmm... sedikit lebay ya? :p tapi seriusan deh ketika idealisku kumat bener-bener rasanya kecewa sama diri sendiri. Kalau udah kayak gini ya cara meredakannya dengan katarsis, program katarsis saya ya menuliskan apa saja yang ada di pikiran. Cukup berdampak memang. Meskipun terkadang belum ketemu solusinya. Tapi sudah lumayanlah bebannya berkurang. Karena saya bukanlah orang yang mudah bercerita panjang lebar kalau belum dipancing dulu. hehe.. Jadi, langkah awal menulis dulu. Baru deh cerita secara verbal.. :)

Salah satu yang jadi kerumitan pikiran saya adalah kangen untuk kuliah.. Dua hari ini rasanya kangen banget banget dengan aktivitas kuliah. Belum lagi ditambah habis ikut sarasehan perkembangan anak. Masyaa Allah... pengen belajar lagi.. ternyata materi kuliah beberapa "lost" dan masih banyak yang belum ku tahu. sediiihhh tingkat kecamatan... T_T Tapi untuk memutuskan kuliah lagi sepertinya masih banyak pertimbangan yang berseliweran di pikiran. Dan sepertinya pikiran masih berat dalam memilih belum saat ini..

Saking riweuhnya pikiran, hari ini sepulang dari sarasehan pas banget bapak ibu lagi nyantai di rumah, saya akhirnya cerita deh kalau kangen kuliah dan pertimbangan saya belum mau memutuskan "yak sekarang". Dari beberapa pengalaman teman-teman saya belum berani untuk berkata "ya". Si ibu pun ternyata masih berharap saya kuliah, bahkan mau membayarinya. Bagi saya bukan urusan dana, tapi sebuah kesiapan.. Ah gini deh terlalu banyak mikir tapi actionnya ndak jadi-jadi. Geregetan euy.. Sedih kalau ibu dah memberi pernyataan seperti itu. Ibuuu... maaapppp.... T_T *udah nahan air mata netes di depan bapak ibu*

Entahlah ini hanya kerinduan sesaat ataukah memang benar-benar jalan hidupnya untuk lanjut. Keputusan saya, saya ingin melakukan "cleansing" dulu.. :)

Senin, 03 Maret 2014

Bedrest lagi

Baru saja beberapa minggu yang lalu minta ijin nggak masuk kerja, ternyata hari ini terpaksa minta ijin lagi. Mau gimana lagi? kalau dipaksain tetep kerja badan ini nggak mampu. Dari hari minggu pagi udah demam, mual, muntah-muntah. Masyaa Allah... lemessss.... duduk bentar aja nggak kuat.

Mendadak banget. Perasaan hari jumat dan sabtu sehat-sehat aja. Emm.. sabtu sih mulai ngerasa agak nggak well waktu nganter ibu jalan-jalan. Keluar rumah pas cuaca panas. Saya orangnya rada nggak kuat sama hawa panas yang "nyelekit". Sering bikin pusing. Trus telat makan. Belum makan nasi eh makan pempek.. Malam pun nggak makan nasi. Nahhh.... langsung ngedrop deh hari minggunya. Bangun pagi makin nggak enak badannya. Udah mulai anget.. Ngerti badan nggak well dipaksain keramas. Niatnya biar adem gitu.. Dan alhasil makin demam. Padahal hari minggu udah planning mau pergi makan-makan sekeluarga. Karena demam dan lemes saya putuskan udah di rumah aja. Sendirian.... hikss... Nggak ada yang dimintain tolong ambil ini itu.. Saking lemesnya tepar aja di tempat tidur sampai keluarga pada pulang. Kayaknya udah tidur lama tapi lemes belum juga ilang.

Berhubung tidur di kamar Feri jauh dari jangkauan meja makan, apalagi kamar saya. Akhirnya ngungsi tidur di kamar ibu. Ngambil makanan rasanya nggak selera. Cuma masuk beberapa sendok. Pokoknya hanya berselera minum aja. Masyaa Allah.. laper banget tapi mulut belum bisa nerima makanan. :(

Malamnya saya pindah ke kamar saya. Dengan tetap ditengok si ibu sambil ngebawain makanan dan minuman anget. Makan 1 sendok berhenti. Makan 1 sendok lagi berhenti. Jadi, makannya berjeda. Eh di suapan terakhir keluar deh semua makanan, mual-mual perutnya.. hikss... hikss...

Akhirnya deh nggak berani makan, cuma diperbanyak minum anget. Sampai pagi nahan laper. Tengah malam pun kebangun. Rasanya nggak karuan. Biasanya kalau lagi sakit gini pengennya tidur deket dengan orangtua. Tapi kali ini pengen tidur di kamar sendiri aja. Jadi ya semalem cuma meringis, gulang guling sendirian. aku rapopo... hikss hikss...

Kalau kayak gini baru kepikiran untuk mengurungkan niat keluar dari zona a.k.a ke luar kota, entah itu dulu keinginan kuliah ataupun kerja di luar kota. Masa-masa lagi nggak well nggak bisa jauh dari orangtua. Soalnya banyak maunya.. Pengennya dimanja.. hehehe..

Emm... Kalau diambil sisi positif dari anugerah sakit, sayanya jadi makin inget Allah.. mungkin Allah sedang rindu dengan saya. Ya Allah.. semoga sakit ini dapat meleburkan dosa-dosa hamba. aamiin...