Minggu, 30 Juni 2013

Apakah sukses hanya tentang harta & derajat?

Kenapa sering masyarakat mendefinisikan sukses dengan harta dan derajat. Saya sangat heran.. Apakah kita diberi kesehatan untuk hidup itu bukan kesuksesan? Kesuksesan itu luas bentuknya, tak melulu tentang harta, harta bisa saja habis. Namun beda halnya dengan sukses bermanfaat untuk orang lain. Dalam hadist telah disebutkan bahwa Khoirunnas Anfa’uhum Linnas: Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain. Entah sekecil apapun manfaatnya apabila kita ikhlas lillahi ta’ala Allah pasti telah memberikan pahala yang besar. Yakinlah...

Kedua yang sering dibicarakan adalah Derajat,, sukses tak hanya seberat tinggi derajat kita... Seorang direktur? Seorang pofesor? Seorang CEO? Seorang doktor? dan lain sebagainya.. Tidaklah seperti itu... Derajat yang paling tinggi adalah keimanan.. Toh, kita hidup untuk menabung hari akhir. Siapa tau esok hari kita tak lagi menikmati kehidupan di dunia ini? Kalau hanya yang dipikir tentang keduniawian untuk apa? Tabungan kita gak berat. Nauudzubillah... Semoga kita senantiasa dalam petunjuk dariNya.. marilah bersama-sama belajar. Saya pun masih jauh dari sempurna... Saya hanya takut jiwa dan raga ini jauh dariNya.

Mau sukses dunia atau akhirat? Itulah pertanyaannya... emang lebih bagus tentunya sukses keduanya, dunia dan akhirat.. tapi apabila di suruh memilih di antara keduanya lebih baik memilih akhirat. Karena saya hidup untuk mencari bekal akhirat. Saya tak ingin sisa hidup ini hanya sia-sia.. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa “hiduplah seakan kau akan mati”. Kutipan tersebut membuatku benar-benar berfikir. Itulah kutipan yang bisa membangkitkan semangat untuk selalu menambah iman dan taqwa..

Sering saya diremehkan dengan prinsip hidup saya. Saya ingin sekali mewujudkan impian dimana saya ingin menjadi Great Mom dengan jalan full mom.. saya nggak tau bagaimana kelak apakah saya benar-benar menjadi full mom atau tetap bekerja walaupun tentu saja saya memilih tak sampai sore a.k.a lembur. Tapi rasa ini menginginkan saya harus bisa menjadi Great Mom. Silih berganti saya mendengar, melihat dan merasakan bagaimana anak-anak dengan ibu yang sibuk kok sepertinya kasihan sekali dengan “nasib” anak-anaknya.

Ada yang meremehkan “ibu rumah tangga”, bagi saya itu adalah pekerjaan yang mulia. Tapi kenapa diremehkan..? Toh yang sebenernya wajib mencari nafkah kan seorang suami. Tentu saja itu tanggungjawabnya, ya kan ya kan? Hehehe... Lagi pula ketika Allah telah menitipkan seorang anak pada 2 insan manusia kewajibannya adalah menjaga, mendidik dan mengasuh, bukan malah dititipkan pada babysitter dan semacamnya.

"Wanita pun harus berusaha dong ikut cari nafkah!" iya iya bener... tapi kalau sampai mengorbankan waktu untuk mengasuh anak apa itu benar? Seakan lagi lagi masalah harta... Stop please kesuksesan tak melulu tentang harta.. Cobalah lebih terbuka lagi mendefiniskan. Hehe..

Sekian... sharing yang saya sampaikan semoga bermanfaat.. kalau mau ditanggapi juga boleh.. *kalem*
Permisi... ^_^

Sabtu, 29 Juni 2013

#MengasahSkill Observasi : Pola Asuh #1

Sudah 1 bulan ini dapat kesempatan membantu psikolog untuk observasi disebuah TK. Di sana saya mendapat rekomendasi untuk observasi kelompok A. Setelah saya observasi dan beberapa kali wawancara dengan wali kelasnya. Saya kira anak tersebut ada kesalahan dengan pola asuhnya di rumah. Benar saja, ternyata ayahnya meninggalkan si anak sejak kecil dan ibunya sibuk bekerja hingga menjelang maghrib. Sempat sih ayahnya pulang, dan saya tanya sempat mengantarkan si anak pergi sekolah. Tapi beberapa minggu ini si ayah pergi lagi ke luar kota. Ibunya bekerja di sebuah toko dan setelah menjemput si anak di sore hari langsung membawa anaknya ke toko dengan lingkungan yang mayoritas orang dewasa. Jadi, kemungkinan anak kurang waktu untuk bermain dengan orangtua maupun teman rumah. Malahan si anak cerita kalau teman rumahnya tidak menyukainya. Ya ampuun.. complicated bener ni..

Saya mengobrol dengan guru di sana, saya ngobrol dengan teman yang juga observer di sana yah rata-rata anak yang istimewa itu karena pengaruh pola asuh. Psikolognya pun bercerita padaku bahwa anak sebenernya nggak ada yang nakal, tapi lingkungan lah yang membentuk. Biasakanlah anak sejak kecil dengan kejujuran. Itu nasehatnya. Beliau juga walaupun beliau adalah seorang ibu yang sibuk, pulang sampai sore, namun sejak umur 1 bulan anaknya sudah diajari kejujuran. Misalnya ketika beliau mau pergi pasti sebelumnya berkomunikasi dulu dengan anaknya bahwa ia akan pergi dan nanti kembali lagi. Sebenernya aneh juga mana bisa bayi umur 1 bulan mengerti omongan orang dewasa. Memang pada awalnya anak nangis, tapi setelah beberapa kali anak menjadi tidak menangis setelah diajak komunikasi.

Beberapa kali saya mengamati perilaku anak-anak saya berfikir bahwa menjadi orangtua yang baik mungkin tidaklah mudah. Ketika orangtua sedang capek ada kemungkinan menjadi mudah emosi terhadap anak. Itu yang saya dengar dari seorang ibu yang curhat padaku. Kembali lagi dengan pola asuh. Menjadi orangtua harus tetap belajar tentang ilmu mendidik anak. Apalagi semakin berkembangnya zaman. Kondisi anak ketika zaman orangtuanya tentu saja tidaklah sama dengan kondisi ketika anaknya tumbuh dan berkembang.

Yaahh... saya ingin bisa lebih jeli lagi memahami dan belajar bagaimana mengasuh dan mendidik anak. Semoga kelak saya bisa menjadi Great MOM dan dapat membantu para orangtua untuk mendidik dengan benar. Aamiin..
*Fevi Zanfiana*

Jumat, 14 Juni 2013

Bahagia itu sederhana: episode mendidik

Pengalaman adalah guru yang paling baik.. hehe.. beberapa minggu ini alhamdulillah mendapatkan kesempatan diklat Paud dan sekarang magang.. Selain itu dapet kesempatan juga jadi observer di sebuah TK.. Jadi... kesimpulannya.. beberapa minggu ini rutinitas saya bertemu dengan anak-anak usia 5-6 tahunan.. selain hari senin yang memang jadwalku “mulang”...

Ada kebahagiaan tersendiri ketika di lingkungan anak-anak.. mereka itu polos... ceria... Saya bersyukur dipertemukan dengan MDA.. disitulah saya belajar bagaimana mengajar yang dulunya saya masih malu untuk mengeksplore kemampuanku.. MDA banyak mengajariku bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak.Subhanallah..

Kemaren sehari yang lalu saya mulai magang di sebuah TK ABA... saya diijinkan masuk kelas A.. awalnya saya ingin mengenalkan diri ke anak-anak lalu mengamati dulu gimana teknik pengajarannya untuk menyesuaikan diri,, eh ndak taunya... ada anak yang bernama Khonsa bertanya padaku “Bu guru besok ke sini gak? Besok ke sini ya..” Subhanalah baru aja berangkat udah ada anak yang excited.. pulangnya pun ketika saya di pintu gerbang sekolah, si Khonsa dijemput ayahnya dan ternyata Khonsa menarik-narik ayahnya. Dari jauh ku liat Khonsa menunjukku dan berkata pada ayahnya “itu guru baru”.. xixixi... jadi malu aku..

Di hari kedua aku berangkat jam 10 lebih dikit... sampe sana kelas pagi baru saja selesai.. ku tunggu jam pelajaran kelas siang dimulai dengan mengobrol dengan guru di sana. Tiba-tiba ada murid kelas A yang menghampiriku, namanya Alya... dia cantik loh... hehe... tiba-tiba datang lagi si Naura dan Khonsa.. mereka bertanya padaku nanti mau diajari apa... dan ku jawab mau belajar nyanyi bahasa Inggris.. Khonsa sangat senang,, dia malah menunjukkan kemampuannya menghitung dengan bahasa inggris.. uhh pinternya... selang beberapa saat ada dialog Alya dan Naura rebutan minta saya “pangku” mereka gak mau kalah.. maunya nempelin badanku.. yaa ampuun memang anak seusia mereka masih dalam “egosentris”. Ku suruh untuk duduk sendiri aja mereka gak mau.. semuanya minta dipangku, hehe... iihh gemes deh,,, Ada guru yang melihat aku sedang dideketi anak-anak dan beliau bercerita padaku kalo kemaren waktu pulang ada anak yang mencerita pada orangtuanya kalo ada guru baru.. oowww.... anak-anak oh anak-anak... :)

Hari ke 2 aku mengajar dengan tema tanaman.. yak baru tau setelah diklat bahwa mengajar anak itu kudu ada temanya.. dan sehari sebaiknya ya ngomongin tentang tema itu.. Ku ajari mereka lagu “i like the flowers” dan mewarnai tentang bunga..

Jam setengah 2 pelajaran selesai anak-anak pulang dan aku ikut menunggu di gerbang, menunggu anak-anak dijemput.. satu persatu ada yang dijemput. Nah ketika Lingga dijemput mamanya malu deh... Lingga menarik-narik mamanya menuju tempat aku duduk, mamanya menceritakan kalau kemaren di rumah Lingga cerita ada guru baru dan Lingga menyuruh mamanya untuk kenalan denganku. Subhanallah anak-anak itu memang imut sekaliii... Selalu tak terduga...

Itulah salah 1 sebabnya aku ingin bekerja di lingkungan anak-anak.. Berada di dekat mereka itu nyaman.. Aku ingin menjadi pendidik, sedikit apapun yang saya sampaikan semoga bisa diterapkan mereka dan semoga bisa bermanfaat..

Kali ini saya kerja tidak menjadikan gaji nomer 1... kan nantinya ada yang wajib cari nafkah.. #eh.. hehehe... Bagi saya karir itu ketika saya bisa bermanfaat.. Saya percaya Allah itu Maha Kaya... Dia akan memberikan rezeki dari jalan mana saja asal kita usaha dengan berkah.. Dan jalanku dengan menjadi pendidik,, ini impian... walaupun saya belum bisa sempurna dalam mendidik tapi saya berusaha dengan learning by doing.. selain itu mendidik anak-anak sejak muda sama halnya latihan ku untuk mewujudkan My BIG dream... I want to be GREAT mom.. InsyaAllah...

Allah itu memang Maha Agung.. Allah tau apa yang menjadi kebutuhan hambaNya.. ketika saya berharap ingin menjadi pendidik, Allah menemukanku dengan diklat, Allah menemukanku dengan magang.. Subhanallah.. Maha suci Allah..

Bahagia itu memang sederhana... Saya bahagia menikmati proses ini...